sambil bergemuruh di dalam keangkuhan.
Pagi itu aku melihat
mahasiswa debat janji
sementara matahari masih
asyik di depan tv
menonton tayangan rutin
setiap pagi. Ya, Squarepants
ia masih enggan
menanggalkan sarungnya
Orang-orang bangun
terlalu pagi,
lebih pagi dari penjual sayur keliling
berdandan memakai sepatu
dan jas berwarna biru
almamater kebanggaan,
katanya.
Mereka membuka lapak
meja-meja kecil,
di bawah papan panjat
yang sudah momot
aku justru merasa kasian
padanya
sudah tua, keropos,
menganga, juga berkarat
apakah kamu tidak
kasihan juga?
Orang-orang itu bangun
terlalu pagi
berdagang, menjual
omongannya sendiri
obral murah janji-janji yang terlalu berbelit
ada empat lapak meja,
kamu mau yang mana?
nomer satu teman saya,
nomer dua ganteng
orangnya,
nomer tiga terlihat agak
gila,
nomer empat kurang
berwibawa,
kamu pilih nomer berapa?
para mahasiswa
menyaksikan perdebatan mereka.
Mereka terlalu
mengebu-gebu pada olahraga
tetapi lupa terhadap
budaya
mestinya olahraga dan
budaya berjalan berdampingan
begitu lebih
asyik sepertinya.
Hari itu dijadwalkan ada
ujian senam
kami sudah berlatih
keras semalaman,
juga mengabaikan
pertunjukan teater di fakultas sastra
dengan terpaksa
menghafal gerakan-gerakan
tapi dosen malah
mengingkari, sudah jam sepuluh ia tak datang.
Pendidikan telah
diciderai oleh kepentingan
yang tak bisa
ditinggalkan mungkin karena masalah uang
atau mencari makan
tambahan, pendidikan diduakan.
Tentang ujian tulis,
siswa lebih pandai daripada gurunya
mereka sudah memegang
jawaban sebelum soal dibagikan
lalu mendapat nilai yang
tinggi-tinggi
guru bangga atas
pencapaian siswa-siswanya,
para siswa merokok di kantin sambil kaki di atas meja.
Prestasi selalu diukur dengan nilai
jika telah mencapai nilai sempurna (10)
apakah artinya sudah tidak ada perkembangan?
nilai sepuluh akan berpotensi menghentikan langkah belajar siswa.
Pengetahuan anak di alam sering kali dianggap nol oleh sekolah
karena pengetahuan itu tidak ada di buku pealajaran.
remedial hanya diartikan sebagai perubahan nilai.
Siswa hanya diajarkan tentang rumus-rumus dan mengerjakan soal
yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan di dunia nyata,
guru hanya menilai hasil akhir tanpa melihat proses belajar.
Guru terang-terangan bicara kepada siswa,
"Nilai ujian akan tetap saya katrol agar semua bisa lulus."
Kompetensi siswa tak pernah tuntas.
Anak-anak dikenalkan pada pemandanagan
mereka disuruh menggambar bebas
tapi kebebasan memilih gambar gunung
yang cantik seperti milik mama,
pak guru mengongkang-ongkang kaki sambil menunggu gajian.
Kita dikenalkan dengan Budi dan Ibu budi
tanpa kita tahu di mana Bapak budi
lalu kita berpikir: Ibu budi adalah wanita malam, mungkin
Budi lahir tanpa bapak yang jelas.
Ibu guru pernah bertanya,
"Anak-anak, sebutkan jenis-jenis ikan di laut?"
mereka hanya bisa menjawab: hiu, paus, dan lumba-lumba.
Ekstrakulikuler sebagai sarana pengembangan potensi
tidak didukung dan telah dibekukan,
perhatian dipusatkan pada bidang akademik saja.
Mau hidup seperti apa anak-anak nantinya?
Siswa-siswa unggul masuk kelas VIP
sedangkan yang biasa di kelas ekonomi,
kita telah diajarkan pada diskriminasi
jangan salahkan kami.
Sebenarnya apa tujuan
pendidikan ini,
hanya mencari ilmu
setinggi-tingginya?
setelah lulus tidak tahu
mau menjadi apa.
Ya, itulah pendidikan
kita selama ini
banyak guru dan dosen
yang mempunyai pendidikan tinggi
tetapi banyak pula yang
tidak bisa mengajar di sekolah
para orang cendekia bekerja di
kota,
merasa asing dengan cangkul dan sawah di kampung halaman.
Kurikulum beberapakali
diganti
karena dianggap sudah
tidak sesuai dengan peradaban
sistem pendidikan hanya
memberikan metode-metode
yang tidak cocok untuk kehidupan di dunia nyata
kurikulum baru:
memperbarui metode pembelajaran
masalah baru akan muncul
tanpa solusi yang akurat
semua akan bulet pada
teori dan lupa penerapan.
Sekolah hanya menyuruh menghafal materi ilmu pengetahuan
tapi mereka lupa mengajarkan bagaimana cara menghasilkan uang
akhirnya banyak pengamen di jalanan. Juga koruptor
Pendidikan mencetak generasi yang global
maksudnya: produk yang sangat bergantung pada teknologi
meramaikan pasar jepang, china, jerman, amerika.
Itu hanya untuk orang yang mampu di kota-kota,
di desa, lampu saja tidak ada.
Hari ini saya bisa menulis,
tapi entah apakah bisa memberikan implementasi
yang nyata bagi kehidupan saya sendiri.
Toh saya juga produk dari pendidikan negeri ini.
Yogja, 10 Desember 2013