Sunday, 29 December 2013

Jalan Pulang

Pagi sekali bapak-bapak
sudah berangkat bergotong royong 
membersihkan jalan di kuburan. 
Ada yang membawa cangkul, bogem, sabit, sabit? 
ada juga yang tidak membawa apa-apa. 
Mereka meratakan jalan 
yang baru saja mendapat material urug, 
merapikan jalan mereka sendiri 
besok-besok kalau pulang ke rumah jalannya sudah nyaman.
Enak bagi pemikul keranda dan para pengantar janazahnya.
Yang paling ngeri: "Hari ini yang tidak hadir,
besok tidak boleh lewat jalan ini."

Di sebelah selatan, gunung lawu terlihat ngantuk
dengan langitnya yang cerah
tidak berawan tidak juga kepanasan.
Aku melihat rombonganmu menuruni puncak
setelah semalam mengigil di hargo dalem
setelah sarapan nasi pecel Mbok YEM.
Kau tampak lelah membawa tas yang berat
berisi nama mama dan papamu,
lihatlah mereka tersenyum padamu.
Kini kau tersesat. Selamat!,
terus saja melangkah, karena tersesat
adalah satu-satunya jalan pulang.
Di kuburan...
warga desa mengucapkan "Selamat Datang"

Ngawi, Desember 2013

Merayakan Kopi

Kita semua memesan kopi
cangkir yang mungil
penuh percakapan rindu.
"Setiap kebersamaan harus dirayakan
dengan secangkir kopi."
"Kita punya cara sendiri
untuk berbagi." Katamu.
Ya, kami biasa sruput sruput
cangkir teman yang lain.
Termasuk kopi susumu.

12.2013

Tuesday, 24 December 2013

Rasan-rasan

Malam di angkringan saat ini terasa sunyi
bersama rintik gerimis melintas di depan lampu kota
suatu keindahan waktu yang tersembunyi
menanti siapa saja yang ingin menikmatinya.

Semakin deras, Hujan berkata, "Berteduhlah,
di angkringan pesan kopi dan gorengan.
Biar aku yang menjaga jalan ini."

"Aku sudah memakai mantel dan juga helm,
sepatuku waterproof. Aku siap menjaga malam
meski kau menghalangi pandangan orang-orang
di angkringan, aku sahabat mereka."

Lalu hujan menghantam aspal
menyusup ke dalam selokan
lenyap bersama kesunyian

Langit masih saja mengucurkan air matanya.
Rupanya, sang Atid sedang menangis 
karena kehabisan buku dan sore tadi
belum sempat mampir ke toko buku.

Orang angkringan suka rasan-rasan.


Ngawi, 22 Desember 2013

Thursday, 19 December 2013

petrichor pagi

gerimis di pagi hari
suara gemericik terdengar dari jendela
mereka berjatuhan di atas genteng
lalu menjadi butir butir kecil yang jernih
terpelanting ke pohon: ranting dan daun-daun
tergelincir membasahi tanah
menimbulkan bau yang memabukkan tertiup angin

Yogya, 19 desember 2013

berangkat ke sekolah di pagi hari

berangkat ke sekolah di pagi hari
merapi merasa geli tergelitik awan-awannya yang mungil
merbabu masih malu-malu dibelakannya
dari timur, sang surya menebar cakra
menjadi embun pagi melalui syair yang indah
sesejuk seteduh tatapanmu yang mengendap
di jiwa..

mendung hitam menggumpal di atas kota
pagi ini akan segera turun hujan: pikirku

Yogya, 19 desember 2013

Wednesday, 11 December 2013

Dua Langkah Kecil

























Dari lagu: Dua Langkah Kecil~ Indie Art Wedding

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu melewati hutan
menembus belukar di antara pohon menghirup udara
menghirup udara

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu menuruni lembah
melewati sungai berhenti sejenak menghapus dahaga
menghapus dahaga

berjalan terus berjalan
hingga sampai ke bulan
bergerak terus bergerak
ikuti awan berarak

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu sampailah di pasar
bertemu handai taulan berpegangan tangan lalu berpelukan
lalu berpelukan lalu berpelukan

Hujan 2

Hujan.
Yang ini namanya Dewi,
ia agak beringas, datang lumayan deras
membawa angin bersama setiap derupnya.
Sore ini kami bercerita tentang pulau bajak laut
dan manusia ha ha
sambil ngeteh di etalase jendela.
Aku menikmati setiap alunan rintiknya.

Yang kemarin pagi namanya Ellie,
ia penyayang: menemani perjalananku ke sekolah.
ku bonceng di depan
karena jok belakang telah lenyap semalam.
wajahnya terlihat ayu, rambutnya panjang
dengan semerbak petrichor dan tanah basah.

Ayo malam ini siapa yang mau datang?
Kuajak skatenan atau ke festival
Robin, Lusi, Mega? ayoo siapa..

Yogja, 11-12-13. Hari yang cantik untuk bermain hujan.

Hujan 1

Di bulan Desember.
Hujan sedang deras-derasnya bernyanyi dan bergembira,
suara yang paling merdu mengalahkan ombak di lautan.
Sebelumnya,
mereka telah menempuh perjalanan yang menyenangkan.
Mula-mula terjun dari langit, gumpalan awan
dengan derai yang semangat bersenang-senang.
Selanjutnya menyapa puncak-puncak gunung
menuruni lembah dan pelan-pelan mencari sungai,
ada pula yang meresap bersama akar pohon berbunga.
Mereka mengarungi jeram melewati batu-batu
kadang mengikis sampai memecahkan bongkahan terjal.
Setelah menyusuri jalur yang panjang, sampailah ke muara.
Mereka mampir di labuh pantai, waktu itu hari sudah sore.
Nyenja di atas pasir sambil menunggu malam menjadi sunyi
mereka mengerpakkan layar, siap mengarungi samudra
menyelam: menyapa terumbuh karang, ikan-ikan, penyu,
kuda laut, ubur-ubur, gurita, udang dan bintang laut.
Setelah puas,
lalu terbang ke awan menikmati cahaya matahari.
Di atas awan bertemu handai taulan, mereka saling berpelukan.
Setelah semuanya berkumpul, mereka terjun beramai-ramai.

Yogja, 11-12-13.

Tuesday, 10 December 2013

Bersampan menuju semesta


Coretan Pagi Itu

Malam dipenuhi oleh hujan,
petir menjilati pepohonan,
warna langit menyala-nyala di sebelah barat,
sambil bergemuruh di dalam keangkuhan.

Pagi itu aku melihat mahasiswa debat janji
sementara matahari masih asyik di depan tv
menonton tayangan rutin setiap pagi. Ya, Squarepants
ia masih enggan menanggalkan sarungnya

Orang-orang bangun terlalu pagi,
lebih pagi dari penjual sayur keliling
berdandan memakai sepatu dan jas berwarna biru
almamater kebanggaan, katanya.

Mereka membuka lapak meja-meja kecil,
di bawah papan panjat yang sudah momot
aku justru merasa kasian padanya
sudah tua, keropos, menganga, juga berkarat
apakah kamu tidak kasihan juga?

Orang-orang itu bangun terlalu pagi
berdagang, menjual omongannya sendiri
obral murah janji-janji yang terlalu berbelit
ada empat lapak meja, kamu mau yang mana?
nomer satu teman saya,
nomer dua ganteng orangnya,
nomer tiga terlihat agak gila,
nomer empat kurang berwibawa,
kamu pilih nomer berapa?
para mahasiswa menyaksikan perdebatan mereka.

Mereka terlalu mengebu-gebu pada olahraga
tetapi lupa terhadap budaya
mestinya olahraga dan budaya berjalan berdampingan
begitu lebih asyik sepertinya.

Hari itu dijadwalkan ada ujian senam
kami sudah berlatih keras semalaman,
juga mengabaikan pertunjukan teater di fakultas sastra
dengan terpaksa menghafal gerakan-gerakan
tapi dosen malah mengingkari, sudah jam sepuluh ia tak datang.
Pendidikan telah diciderai oleh kepentingan
yang tak bisa ditinggalkan mungkin karena masalah uang
atau mencari makan tambahan, pendidikan diduakan.

Tentang ujian tulis,
siswa lebih pandai daripada gurunya
mereka sudah memegang jawaban sebelum soal dibagikan
lalu mendapat nilai yang tinggi-tinggi
guru bangga atas pencapaian siswa-siswanya,
para siswa merokok di kantin sambil kaki di atas meja.
Prestasi selalu diukur dengan nilai
jika telah mencapai nilai sempurna (10)
apakah artinya sudah tidak ada perkembangan?
nilai sepuluh akan berpotensi menghentikan langkah belajar siswa.

Pengetahuan anak di alam sering kali dianggap nol oleh sekolah
karena pengetahuan itu tidak ada di buku pealajaran.
remedial hanya diartikan sebagai perubahan nilai.
Siswa hanya diajarkan tentang rumus-rumus dan mengerjakan soal
yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan di dunia nyata,
guru hanya menilai hasil akhir tanpa melihat proses belajar.
Guru terang-terangan bicara kepada siswa,
"Nilai ujian akan tetap saya katrol agar semua bisa lulus."
Kompetensi siswa tak pernah tuntas.

Anak-anak dikenalkan pada pemandanagan
mereka disuruh menggambar bebas
tapi kebebasan memilih gambar gunung
yang cantik seperti milik mama,
pak guru mengongkang-ongkang kaki sambil menunggu gajian.
Kita dikenalkan dengan Budi dan Ibu budi
tanpa kita tahu di mana Bapak budi
lalu kita berpikir: Ibu budi adalah wanita malam, mungkin
Budi lahir tanpa bapak yang jelas.
Ibu guru pernah bertanya,
"Anak-anak, sebutkan jenis-jenis ikan di laut?"
mereka hanya bisa menjawab: hiu, paus, dan lumba-lumba.

Ekstrakulikuler sebagai sarana pengembangan potensi
tidak didukung dan telah dibekukan,
perhatian dipusatkan pada bidang akademik saja.
Mau hidup seperti apa anak-anak nantinya?
Siswa-siswa unggul masuk kelas VIP
sedangkan yang biasa di kelas ekonomi,
kita telah diajarkan pada diskriminasi
jangan salahkan kami.

Sebenarnya apa tujuan pendidikan ini,
hanya mencari ilmu setinggi-tingginya?
setelah lulus tidak tahu mau menjadi apa.
Ya, itulah pendidikan kita selama ini
banyak guru dan dosen yang mempunyai pendidikan tinggi
tetapi banyak pula yang tidak bisa mengajar di sekolah
para orang cendekia bekerja di kota,
merasa asing dengan cangkul dan sawah di kampung halaman.

Kurikulum beberapakali diganti
karena dianggap sudah tidak sesuai dengan peradaban
sistem pendidikan hanya memberikan metode-metode
yang tidak cocok untuk kehidupan di dunia nyata
kurikulum baru: memperbarui metode pembelajaran
masalah baru akan muncul tanpa solusi yang akurat
semua akan bulet pada teori dan lupa penerapan.
Sekolah hanya menyuruh menghafal materi ilmu pengetahuan
tapi mereka lupa mengajarkan bagaimana cara menghasilkan uang
akhirnya banyak pengamen di jalanan. Juga koruptor

Pendidikan mencetak generasi yang global
maksudnya: produk yang sangat bergantung pada teknologi
meramaikan pasar jepang, china, jerman, amerika.
Itu hanya untuk orang yang mampu di kota-kota,
di desa, lampu saja tidak ada.

Hari ini saya bisa menulis,
tapi entah apakah bisa memberikan implementasi
yang nyata bagi kehidupan saya sendiri.
Toh saya juga produk dari pendidikan negeri ini.

Yogja, 10 Desember 2013

Monday, 2 December 2013

rinduan hujan

mendung yang manja bangun kesiangan
sebelumnya, pagi tak kebagihan matahari
kapan turun hujan?
aku rindu nyanyianmu
atau setelah kau pergi
mengundang anak-anak bermain gundu

di bulan desember..

2013.

Tuesday, 26 November 2013

NDELEDEK

JANCUUK! Keluar begitu saja dari mulut pak tua yang sejak pagi duduk tersungkur murung di bawah pohon kelapa menyandarkan beban hidupnya seolah-olah lebih berat dari isi perutnya yang kempes telah lama ditinggalkan makan dan minum, suaranya yang spontan memecah sepi senjakala meresapi kesedihan kehilangan warna-warna indahnya bagai petir yang menyambar membelah batu karang dari dua awan yang melaju pesat, bagai dua anak panah yang berlawanan arah, berbeda bentuk, positif dan negatif, saling berbenturan satu sama lain menimbulkan suara yang terdengar pedih oleh pohon kelapa, batu-batu, dan pasir di dataran gersang itu walau air selalu merayu sisi tepinya, namun tak pernah dirasakan air sebagai sumber air minum dan kehidupan. Mereka di pesisir yang jarang-jarang dihidupi oleh tumbuhan. Ada, namun sedikit dan hanya tumbuh kecil-kecil. Kaktus-kaktus dan pandan berduri. Berwajah perih, runcing durinya.
    Pak tua seorang nelayan yang kesepian, meratapi nasib setelah ditinggal istri dan dua orang anaknya. Mereka lenyap bersama abrasi air laut yang berlebihan enam tahun yang lalu. Tuhan telah melebih-lebihkannya. Bencana itu telah membawa lebih dari separuh nyawa penduduk desa beserta raga yang tak pernah ditemukan oleh ikan paus, hiu, dan lumba-lumba sekalipun. Sungguh tragis nasib orang-orang yang ditinggalkannya dan bahagialah mereka yang lebih dulu meninggalkan dunia. Anak-anak pak tua keduanya masih kecil, cantik dan tampan, yang perempuan delapan tahun dan laki-laki lima tahun. Istrinya adalah seorang wanita yang cantik di desanya, tentunya setelah Ponirah, Wagiyem, Suprapti, Misri, Jahenah dan beberapa wanita lainnya. Sebelumnya mereka adalah keluarga yang bahagia. Sederhana. Selalu ada cinta kasih di setiap perjalan hidup mereka, dari suami ke istri, istri ke suami, bapak ke anak, ibu ke anak, anak ke bapak, anak ke ibu, anak ke anak semuanya adalah cinta dan kasih sayang.

Di Kamar Bapak

ketika korden jendela telah terbuka
langit senja di kaca bernyanyi dan bergembira
tergambar wajah di kaca jendela
sedang tubuhnya berbaring di sana
lelah berjalan diantara bunga rekah
hanya senyuman yang mampu merekah
sekali-kali ingin bicara
bapak akhirnya tertawa juga

november 2013, paviliun cendana no: 4

Friday, 8 November 2013

Mumed Cuk!

J    A    N    C    U    K
   J    A    N    C    U
      J     A    N    C
         J     A    N
             J     A
                J

kosongkanlah kedua matamu, maka kau akan melihat keindahan


08.11.2013

Sunday, 27 October 2013

Ayu-ayu Saru

Dia berada pada suatu malam, Indonesia di tahun 1975. Semua orang dibawa kembali pada kehidupan masa remaja di tahun itu. Dibalik suasana ricuh awal masa orde baru, ditunjukkannya sebuah drama percintaan kisah remaja yang bernuansa klasik. Mampu diciptakannya suasana yang nyata bahwa mereka sedang kembali pada tahun tujuh puluh. Busana bladus, masuk kedalam celana, model borju, sepatu platform, kaca mata kuning dengan bingkai hitam, sabuk kecil membelit pinggang, rambut rapi menggambarkan model wajah-wajah remaja pada waktu itu.

Semua personil siap, penonton siap, apakah kau sudah siap? apakah kau yakin sudah siap? apakah kau benar benar yakin sudah siap? apakah kau benar benar benar benar benrrr benar yakin sudah siap? baiklah mari kita bersenang-senang. Dimaikan sebuah lagu intro, sementara Mbak Sari masih bersembunyi diantara panggung, drum, gitar, piano, dan orang-orang yang telah lama menantikannya. Semua memakai sepatu putih setiap kali mereka tampil. Dan kemudian. Semua mata menyorot wanita berbaju merah, sepatu putih, rambut pendek rapi, bibir menyala, dan sabuk kecil yang berlari dari balik panggung menuju mikrofone di depan yang masih kosong tak berpenghuni. Mbak Sari. Aprilia Apsari. Semua orang bersorak. Semua orang bernyanyi. Semua orang menari. Semua orang sedang senang. Lagu pertama masa remadja, tentang masa yang paling gemilang. Masa belia masa-masa untuk bersukaria.

merekah bersemi gairah masa di SMA
semerbak harumnya nirwana tak akan terlupa

Tuesday, 22 October 2013

Judulnya "Apa?"

Hari ini hanya sampai jam 12, selanjutnya adalah waktu-waktu luang yang tak pernah mengenal kesibukan. Tanpa menyapa satupun orang-orangan kampus, aku bergegas pulang ke rumah kost dan mencari makan murah-murahan sekedar untuk memenuhi tuntutan perut yang lapar. Hanya nasi rames dan gorengan, teh hangat untuk sekedar patu-patutan. Aku kembali ke rumah, membuka jendela kaca, laptop, nyalakan lagu, dan membaca cerita-cerita karya Danarto. Pengarang yang memiliki imajinasi yang sangat hidup dan mampu membangkitkan cerita-cerita fantasi sekaligus jenaka. Cerita-cerita Danarto adalah parodi. Dalam parodinya, yang diejek terutama sastra itu sendiri. Cerita Danarto ini telah mengejek genrenya sendiri - Sapardi Djoko Damono. Sepertinya memang pantas jika aku dipanggil sebagai wong selo, hidup tidak pernah mempunyai kesibukan hanya ada lagu-lagu dan tubuh berbaring di atas kasur empuk. Akhir-akhir ini aku baru mengenal membaca, setelah cerpen-cerpen ramai diperbincangkan sebagai karya sederhana dan mudah untuk menuliskannya. Aku hanya sekedar mencoba. Mulai dari menyelami tulisan yang jarang terlihat oleh mata, pengarang yang tak pernah terdengar di telinga, kertas yang jarang tercium bau khasnya, dan seisi buku yang membuat pusing di kepala. Hanya baru tiga cerita, mata menyuruh tangan menutup buku. Tidur dengan lagu-lagu yang masih menyala.

Tak lama, aku terbangun setelah mendengar adzan ashar mengalahkan nyanyian-nyanyian dari laptop. Masjid-masjid sekitar berlomba menyuarakan panggilan Tuhan, berlomba memerdukannya. Panggilan apa? hey tubuh cungkring, kau dipanggil-panggil. Lanjut tidur? Tubuhku tak mau meninggalkan kasur, sementara suara adzan menyeret orang-orang ke masjid. Tubuh ini tetap tidak mau. Nati saja, jam setengah 5 atau jam 5 sore. Setelah masjid mendapatkan orang-orangnya, aku menambah volume sound laguku. Indie Art Wedding yang mengajakku menyaksikan keributan rumah tangga dan cinta yang sengit. Ballads Of The Cliche dengan Distant Star, tentang dua hati yang tak pernah menyatu. Teman Sebangku yang menikmati bangku taman dengan seduhan secangkir kopi, alunan semilir angin, dan berdansa di kala senja. Payung Teduh yang menjadikan malam sebagai saksi diantara kata-kata yang tak sempat terucap ketika berdua. Mocca dan Endah n Rhesa yang selalu bermain dengan lagu-lagu cinta. Melancholic Bitch bercerita tentang perjalanan joni dan susi yang jatuh miskin hingga mencuri sepotong roti. Tiga Pagi tentang batu tua yang tak pernah bisa menjadi permata. Masih banyak lagi di belakangnya, dan tak mungkin dituliskan disini satu persatu. Lirik-lirik pintar yang membawamu kesana-kemari, merendah-meninggi, duduk-berdiri, berjalan dan berlari, terbang seperti kupu dengan sayapnya. Mata masih sayup setengah bermimpi. Lagu-lagu pentidur sekaligus penghidup, tak apa asalkan lagu-lagu Indonesia.

Sudah jam 5 sore, aku memenuhi panggilan ashar masjid tadi. Cerita sore yang tidak perlu. Haha Selamat menikmati Senja.

*wong selo adalah orang yang selalu mempunyai waktu luang dan tidak pernah mempunyai kesibukan

Manusia HaHa
Kamar Kost, 22 Oktober 2013

Sunday, 20 October 2013

mataku, matamu

tak pernah ada alasan yang membuatku jauh darimu
rinduku dan rindumu memang sangat langka
namun mereka tak pernah menyalahkan jarak dan waktu
karena kita memang selalu bersama-sama
walau hanya sekedar berjalan tanpa begandeng tangan
menikmati cahaya matahari di siang hari
atau waktu senja di pantai sore itu
lihatlah mataku, aku lihat matamu
kita sama-sama menemukan wajah dan mata kita di sana

oktober 2013

Saturday, 19 October 2013

setelah hujan pergi

wangi hujan masih berbonga-bonga di sisa malam
setelah rintik-rintik menetes jatuh ke bumi sore tadi
gardu pos kampling depan rumah semakin sepi
memberikan rasa aman kepada maling kampung
anjing rumahan menggonggong membelah sunyi malam
mungkin sedang merindukan musim kawin
"tarah yo asu, nek ra kuat cepitno lawang kono lo su!"
aku masih menikmati suasana sehabis hujan ini
sengaja meninggalkan tidur dan mimpi
duduk bersendiri di tepian malam
menyanyikan lagu-lagu tentang hujan
suasana sehabis hujan
utusan dari langit untuk bumi
setelah menahan rindu selama 365 hari
lalu setelah hujan pergi
ia menyapa tanah-tanah basah dan bau wangi
mengajaknya berlari, menari, riang dan gembira
atau menikmati indahnya pelangi di sore hari
aku selalu suka suasana sehabis hujan
selalu setia menanti hujan reda,
seperti pelangi~ erk

Oktober 2013

bulan yang ingin bermimpi

bulan berjalan di lorong gelap malam
kuning seperti gadis kecil yang mungil
hidup sendu di atas awan
tak pernah tidur di waktu malam
cahayanya masih terang mengalahkan bintang-bintang

bulan masih berjaga bersama langit yang kelam
sementara waktu sudah meninggalkan malam
melahirkan pagi yang menjadi awal hari
walau lelah, ingin tidur seperti kita manusia
tapi matahari belum siap menggantinya

bulan pernah bermimpi
belari sama kencangnya dengan bumi
atau bersembunyi dari matahari
yang selama ini memaksanya bercahaya
ia ingin tidur tetapi tak ingin mati

bulan datang menghampiri
pada orang tidur yang memanjakan mata
laki-laki bungsu yang nyingkruk di dalam sarung
yang menghabiskan hidupnya di dalam tidur
hey su! jangan tidur saja, bangun dari mimpimu

bulan iri pada kita yang selalu bermimpi
pada siang dan malam di atas kasur
mungkin akan menjelma menjadi hujan
sengaja jatuh ke bumi, pelarian dari hakikatnya
lalu perlahan meresap de dalam tanah, dalam mimpi

laki-laki itu berkata
pejamkan matamu!
jangan terjaga, tak ada apa-apa di luar sana
jangan terjaga, diluar hanya ada yang fana~ melbi.
bukankah tidur itu menyenangkan? iya, kataku

oktober 2013

Friday, 11 October 2013

Teman nyata dari alam mimpi

Gerimis masih bernyanyi di atas genteng kamar kost saat ini. Inilah sisa-sisa hujan yang baru saja menemuiku siang ini. Suaranya masih terngiang-ngiang di telinga, menggelitik di hati. Mungkin dia adalah hujan di dalam mimpiku semalam, ia menerobos keluar dari dimensi dunia mimpi dan masuk ke dalam dunia nyataku siang ini.

Sore hari sebelumnya, kamis aku memutar lagu Kampus Kemarau dari White Shoes and The Couples Company. Lagu yang bercerita tentang orang-orang kampus yang kepanasan berharap hujan datang setiap hari, menyuruh matahari sejenak bersembunyi. Lagu itu kunikmati karena hujan sedang libur saat ini, memang oktober sedang tidak musim hujan. Atau mungkin hujan sedang mengumpulkan rintik-rintik rindu, ditenunnya satu-satu lalu menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan rindu untuk orang-orang bumi. Aku yakin hujan tau kapan waktu yang tepat ia turun. Malam hari aku bermimpi, yaa suasana yang sama dengan lagu Kampus Kemarau. Kepanasan di kampus lalu tiba-tiba hujan turun, masih teringat aku bernyanyi-nyanyi diantara derasnya hujan saat itu. Hujan telah menerobos keluar dari dunia mimpi dan masuk ke dalam dunia nyata siang ini. Mungkin bukan hanya aku, dia juga rindu, tidak puas bertemu di dalam mimpi ia menyatakan dirinya ke dalam waktu yang mungkin sudah ia rencanakan sebelumnya. Hujan memaksa matahari sejenak bersembunyi di antara mendung-mendung yang rata di sekitaran kota Jogja yang terlihat kelam ini. Walau tidak lama, namun bisa kurasakan belaian derasnya hujan menyentuh kedua tanganku. Kunikmati itu. Tak lama hujan pun pergi, menyisakan gerimis kecil-kecil ini. Ayam-ayam mulai mencari makan menakur-nakur tanah yang basah karena hujan. Walau hanya sebentar hujan telah meluluhkan rindu bersama deras airnya yang telah lama kutunggu. Hujan adalah teman setia. Nyata. Terima kasih Tuhan, Engkau telah datangkan hujan ke dalam pelukan...........















Np:Desember-Pandai Besi, Efek Rumak Kaca

kamar kost, 10 Oktober 2013

Tuesday, 8 October 2013

Funtai haha, Siung

Aku, Rosi, Ani. Yaa hanya tinggal tersisa tiga orang ini di Jogja, yang lain pulang Ngawi, sibuk kampus, alasan tugas, acara seminar, dan mungkin lupa kalau mereka juga butuh bersenang-senang. Bertiga memutuskan berangkat walaupun rasanya ganjil karena kurang satu orang lagi menjadi genap.

Sabtu, 5 Oktober 2013 berangkat dari Yogja jam 13.30. Belanja, perjalanan, ban bocor, tambal, perut lapar, mata lelah, tangan nyetang, hingga sampai di tempat tujuan jam 04.15 WIB. Siung. Pantai terfavoritku di Gunung Kidul, suka pantai ini karena nyaman, indah, ramah, tebing, karang, dan kenangan yang tak perlu dituliskan di sini. Perjalanan yang lelah disambut oleh biru-biru laut di antara tebing-tebing karang, seketika lelah kutinggalkan di pinggir jalan, hilang dicuri oleh waktu yang bahagia itu. Sedikit kecewa melihat pantai saat itu sangat ramai, ada sekawanan mahasiswa ilmu ekonomi UPN yang ber-makrab diantara pasir dan ombak pantai. Yahh harus bagaimana lagi, sudah tidak ada pilihan lain sementara sabtu sudah menuju waktu sore. Sampai di Siung langsung menuju warung makan, tempat langganan setiap aku ke pantai ini. Warung makan sederhana, murah, pemilik warung yang ramah. Kami makan ikan tuna haha. Setelah perut bahagia, menuju pasir pantai, mendirikan tenda. Tenda baru loh ini, beli jumat malam "consina magnum 4" langsung berdiri di bibir pantai, rumah baru. Selanjutnya Nyenjaa..Nikmati bahagianya waktu yang menyemburat jingga-jingga dengan awan-awan yang sedikit melancholia.

Monday, 7 October 2013

dalam kewirausahaan

omongan mbulet seperti rambut ruwet
pinter dalam pengetahuan
tapi bodoh dalam penyampaian
mata melihat konsep-konsep
tapi buta dalam penerapan
wah

ruang kelas, 7 okt 2013

Wednesday, 25 September 2013

dari alam

Manusia tak diukur dari prestasinya, tapi bagaimana ia menaklukkan dirinya sendiri.


Bahwa setiap tempat adalah sekolah, gunung

Bagiku gunung itu sangat luar biasa. Dia telah mengajarkan kuat sekaligus lemahnya manusia, memberikan pemandangan yang menakjubkan, membuat kagum. Gunung telah mengajarkan bahwa mental yang kuat dapat melampaui fisik yang lemah, bahwa pantang menyerah adalah kunci, dan seberat apapun puncak itu pada akhirnya akan tercapai juga.

Tuesday, 24 September 2013

Wonderful Time

Merapi, gunung ketiga setelah Lawu dan Semeru. Akhirnya ada kesempatan untuk mampir ke puncak merapi, 7 orang dari kelas PJKR-A 2012 dan 1 orang dari UNNES.

Jumat, 20 September 2013. Berangkat dari Jogja sekitas jam 3 sore dengan menggunakan sepeda motor. Jogja-Selo ditempuh dengan waktu 3 jam waktu santai, sampai di desa Selo sekitar pukul 6 sore. Masuk bacecamp lalu Nyenja-nyenja dulu di desa Selo.(1560 mdpl). Desa Selo terletak diantara belahan Merapi dan Merbabu mempunyai pemandangan yang "eksotis" di sore hari, matahari berada di antara pelana merapi dan merbabu. Kembali ke basecamp, registrasi, makan, istirahat, tidur.

Jam 11 malam, bangun, packing-packing barang, start ke puncak. Dari basecamp menuju joglo, perjalanan sekitar 10 menit, jalan masih berupa aspal. Di joglo ini terdapat papan yang bertulisakan NEW SELO, mangkring di atas warung-warung layaknya Hollywood di Amerika sana.















Selanjutnya menuju Pos I, jalur berupa tanah dan jika di musim kemarau akan sangat berdebu, sepanjang perjalanan masih di area ladang penduduk. Jalur selanjutnya dari Pos I ke Pos II berupa bebatuan besar dan masih sedikit berdebu, ditempuh dalam 1,5-2 jam. Aku lagi bejo mungkin, langit sedang terang bulan, tak ada kabut, hanya sedikit angin yang wajar. Selanjutnya Pasar Bubrah 1 jam. Kenapa bernama pasar bubrah? dulu ada pasar, tapi sekarang sudah bubrah terkena erupsi. *mungkin haha. Atau karena hanya ada lembah, angin, batu-batu besar yang berserakan, dan sudah tidak ada vegetasi, bubrah. Dari sini sudah terlihat puncak merapi, jalur kiri ke kawah woro dan yang depan menuju puncak. Jalur berupa pasir dan batu yang setiap saat siap longsor. Dari pasar bubrah ke puncak membutuhkan waktu 1 jam.

Monday, 23 September 2013

Kuliah adus kali Ha Ha

Kamis, 20 september 2013. Mata Kuliah "Aktivitas Luar Kelas" (ALK), Selokan Mataram











Angen-angene Dosenku wi piye loo? kuliah loh wi -__-

Pameran Radio Lama "LAYANG SWARA"

Rabu, 19 september 2013. Bentara Budaya Yogyakarta.

Merk Radio        : BENCE (kiri)
Negara Pembuat : INDONESIA
Body                 : KAYU
Voltase               : 220 V

Merk Radio        : NOVIDA (kanan)
Negara Pembuat : BELANDA
Body                 : KAYU
Voltase               : 220 V


Merk Gramophone : THORENS
Type                     : CORONG LUAR
Tahun Pembuatan   : 1920




Merk Radio        : BENCE
Negara Pembuat : INDONESIA

Merk Radio        : PHILIPS
Type                 : BX 617 x
Body                 : KAYU
Voltase               : 220 V


Merk Radio        : BENCE
Negara Pembuat : INDONESIA
Body                 : KAYU
Voltase               : 220 V


Merk Radio : PHILIPS
Type : AIDA
Negara Pembuat : BELANDA
Body : EBONIT
Voltase : 220 V











Merk Gramophone : COLUMBIA
Type : CORONG LUAR
Tahun Pembuatan : 1920

















 Merk Radio : TELEFUNKEN
Type : CONCERTINO 5093
Negara Pembuat : JERMAN
Body : KAYU
Voltase : 220 V




Merk Radio : PHILIPS
Type : BX 376 A
Negara Pembuat : BELANDA
Body : EBONIT
 Voltase : 220 V















Merk Radio : PHILIPS
Type : BI AMPLI
Negara Pembuat : BELANDA
Body : KAYU
 Voltase : 220 V
   


Merk Radio : TELEFUNKEN
Type : D 665 WK
Negara Pembuat : JERMAN
Body: KAYU
Voltase : 220 V
















Tuesday, 17 September 2013

Desemberan

Woow Simak #PandaiBesi, Efek Rumah Kaca...

Bagi yang belum membeli CD atau yang belum pernah mendengar lagu-lagu Pandai Besi album Daur Baur bisa streaming dengan alamat di bawah ini:
http://efekrumahkaca.net/en/news/erk-s-latest-news/item/744-free-download-single-pandai-besi-laki-laki-pemalu-dan-full-streaming-album-daur-baur#.Ujf0hn-4Efk

Efek Rumah Kaca telah menjelma menjadi Pandai Besi dengan tambahan personil baru yakni Poppie Airil, Andi Hans, Dika, Natasha Abigail, Muhammad Asra Nur, dan Irma Hidayana selain personil dari Efek Rumah Kaca sendiri yaitu Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal dan Akbar Bagus Sudibyo. Mereka mengaransemen ulang lagu-lagu ERK dengan Instrument yang lebih riuh dan berwarna dari versi aslinya. Mereka baru saja menyelesaikan rekaman di studio musik Lokananta Solo beberapa bulan yang lalu. Studio tertua di Indonesia.

Minggu, 15 September 2013 Pandai Besi "Konser Daur Baur" The Carnaval 6th Anniversary of ROWN DIVISION di GOR Manahan Solo. Ini adalah kali ke dua saya simak Pandai Besi, Efek Rumah Kaca setelah beberapa bulan lalu mereka bernyanyi di Jogja. Berbeda dengan saat pertama menyaksikan Cholil dkk, ketika belum pernah mendengar lagu-lagu Daur Baur dan hanya bisa diam, mengambang di dalam lagu-lagu yang mereka bawakan. Kali ini aku bisa benyanyi dan menari di antara ambang dan fantasi yang mereka ciptakan, melalui instrument-instrument yang melengking, merendah, meninggi, dengan komposisi yang jelas dan nyaman untuk dinikmati.

Dan Pandai Besi dipanggil oleh pembawa acara sekaligus menjadi band penutup acara ulang tahun ROWN itu. Mereka membawa 9 lagu dari Album Daur Baur, Pandai Besi. Masih dengan gaya khas yang malu-malu, Cholil menjelaskan sedikit tentang proyeknya di Pandai Besi dan proses rekaman mereka di Lokananta. Tanpa basi basi dan banyak omong, Cholil langsung mengenjreng gitarnya.








"Debu-debu Berterbangan" Menjadi lagu pembuka di acara itu. Sikatt..
demi masa sungguh kita tersesat
sungguh kita terhisap
sungguh kita tersesat

pada saatnya nanti
tak bisa bersembunyi
kitapun menyesali
kita merugi

Lagu pembuka, pikiran penonton dibuat kosong, agar bisa masuk ke dalam semacam ilusi yang mereka ciptakan. Mungkin seperti itulah yang saya rasakan saat itu.

Lagu kedua "Hujan Jangan Marah"
lihatkah? aku pucat pasi,
sembilu hisapi jemari
setiap ku peluk menangisi
yang sedih aku letih

dengarkah? jantungku menyerah,
terbelah di tanah merah
gelisah dan suka bertanya
pada musim kering

melemah dan melemah, oh hujan jangan marah

Sudah mulai mengambang di dalam suasana. Menyeret diri pada musim hujan yang sedang marah, tiada habis menghajar Indonesia. Banjir. Manusia berjalan merangkak menuju hujan lalu berkata, "Hujang jangan marah!"

Selanjutnya "Jalang"
siapa yang berani bernyanyi akan dikebiri
siapa yang berani menari kan dieksekusi
karena mereka beda misi, mereka paling suci
lalu mereka bilang, bilang kami jalang

"Melancholia"
tersungkur di sisa malam
kosong dan rendah gairah
puisi yang romantik
menetes dari bibir

murung itu sungguh indah..
melambatkan butir darah

nikmatilah saja kegundahan ini
segala denyutnya yang merobek sepi
kelesuan ini jangan lekas pergi
aku menyelami sampai lelah hati

Jomblo? LDR? HTS? ini lagu yang indah, menusuk-nusuk, membawa masuk ke dalam alunan lagu, menghiburmu di antara sepi dan sedih yang menjadi hari-harimu. Lagu yang sejenak akan membuatmu tegar. Nikmatilah saja kegundahaamu

"Desember"
selalu ada yang berbyanyi dan berelegi
dibalik awan hitam
semoga ada yang menerangi sisi gelap ini
menanti seperti..
menanti seperti pelangi
setia menunggu hujan reda

aku selalu suka sehabis hujan di bulan desember
di bulan desember

sampai nanti ketika hujan tak lagi
menteskan duka meretas luka
sampai hujan memulihkan luka

Ini adalah lagu yang paling di tunggu. Dari Jogja desemberan di Manahan. Bulu-bulu di tangan ikut berdiri menikmati lagu ini. Lalu mataku tersenyum melihat dua wanita vokal latar menari-nari, tangannya kesana sini tak terkendali sambil bernyanyi "aku selalu suka sehabis hujan di bulan desember" berunglang kali. Satu lagu yang panjang walau ini bukan musim hujan, namun Pandai Besi mampu menghadirkan suasana bulan desember bermain hujan. Ini memang lagu tentang hujan, aku suka hujan. Seperti pelangi, setia menunggu hujan reda


"Laki-laki Pemalu"
nanti malam kan ia jerat rembulan
disimpan dalam sepi hingga esok hari
lelah, lelah berpura-pura, lelah bersandiwara
esok pagi kan seperti hari ini

menyisakan duri, menyisakan perih, menyisakan sunyi..

Bercerita tentang seorang laki-laki yang malu, menyimpan malu. Perasaan yang malu untuk diungkapkan, kepada sang gadis yang mungil. Gadis yang sangat perhatian padanya. membuatkan kopi, dan membawaknya makanan setiap pagi. Malam-malam kan ia jerat rembulan, disimpan dalam sunyi, di dalam mimpi tidur malam hari. Hingga lelah berpura-pura, bersandiwara, ternya sang gadis bersama laki-laki lain. PHP iki critane.

"Jangan Bakar Buku"
karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya
karena setiap aksara, membuka jendela dunia

karena setiap abunya, membangkitkan dendam yang reda
karena setiap dendamnya, menemukan hasutan baka

Jangan lupa membaca! Lagu yang sangat empuk di telinga

Dan terakhir dari Pandai Besi. "Di Udara"
ku bisa tenggelam di lautan
aku bisa diracun di udara
aku bisa dibunuh di trotoar jalan

tapi aku tak pernah mati
tak akan berhenti

ku bisa dibuat menderita
aku bisa dibuat tak bernyawa
dikursi-listrikkan ataupun ditikam

Lagu ini dinyanyikan dengan sangat merdu, ditujukan untuk demonstran kita yang tak pernah dilupakan perjuangannya. Munir. Dengan dipimpin oleh Cholil sebagai vokal, semua sedang mengenang Munir dalam lagu Di Udara saat itu. Berjamaah memanjatkan doa. *Khusuk

Sudah habis 9 lagu dari album Daur Baur, sekarang saatnya Efek Rumah Kaca..
Sambil tersenyum malu-malu Cholil berkata, "Sekarang gantian ya yang nyanyi". Langsung genjreng lagu "Kenakalan Remaja di Era Informatika".
senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang
padahal hanya iseng belaka
ketika birahi yang juara
etika menguap entah kenama

ohh..nafsu menderu-deru
bikin malu..

rekam dan memamerkan badan dan yang lainnya
mungkin hanya untuk kenangan
ketika birahi yang juara
etika dibuang entah kemana

apakah kita tersesat arah
mengapa kita tak bisa dewasa 


Lagu kedua "Balerina"
hidup bagai balerina
gerak maju berirama
detaknya dimana-mana
seperti udara..
hidup bagai balerina 

menghimpun energi, mengambil posisi
menjejakkan kaki, meniti temali
merendah, meninggi..
rasakan api, konsentrasi

biar tubuhmu berkelana
lalui kegelisahan
mencari keseimbangan
mengisi ketiadaan
di kepala dan di dada

hidup terasa begitu lentur

raba tekstur, ciptakan gestur
berjingkat tidak teratur
seperti melentur
hidup terasa begitu lentur

Lagu terakhir "Cinta Melulu"
nada-nada yang minor
lagu perselingkuhan
atas nama pasar semua begitu klise

elegi patah hati
ode pengusir rindu
atas nama pasar semua begitu banal

lagu cinta melulu
kita memang benar-benar melayu
suka mendayu-dayu

lagu cinta melulu
apa karna kuping melayu
suka yang sendu-sendu


Konser selesai, pulang ke jogja..masih terngiang-ngiang di jalan, di atas stir sepeda motor. Hiburan yang sangat menghibur..Apa kabar JKT48? JCK wi iyoo

*maaf bila ada penulisan nama atau lirik-lirik yang salah dan juga jika ada tulisan yang tidak berkenan.

Saturday, 14 September 2013

Hujan-hujan, bermain hujan

Malam jangan berlalu
Jangan datang dulu terang
Telah lama kutunggu
Kuingin berdua denganmu
Biar pagi datang setelah aku memanggil
Terang!
(Mari Bercerita - Payung Teduh)

Sabtu, 14 sep 2013. Teman ibarat hujan, datang tiba-tiba di waktu yang tak terduga. Membawa banyak cerita diantara rintik dan tetesnya. Aku merasa bahagia malam ini, setelah 2 minggu merindu akhirnya aku bisa bermain dengan hujan. Ini memang tak musim, tapi mereka menyempatkan waktu untuk kumpul-kumpul, ngangkring di tempat biasa. Diknas. Malam ini bersama Momo, Rosi, Wildan. Terasa ganjil jika belum genap tak ada Nias dan Aw, "Wahh gak enek seng nyanyi-nyanyi iki, kurang rame..haha". Bercerita segala tentang kuliahan, tentang semester baru, adek kelas baru, hingga pegawai baru di kantin dari Solo. Yang paling konyol dan tidak bisa diterima oleh angan-angan adalah bahwa Wildan putus kuliah dengan alasannya terlambat mengurus krs. Konyol kan? Idiot. Sekarang melamar kerja di POLRES Ngawi, jadi tukang edit video katanya. Dan harus berterima kasih kepadanya karena angkring malam ini dia yang bayar..aseeekk haha. Hujan benar-benar telah menghiburku malam ini, dan yang paling menyedihkan artinya aku harus kembali ke Jogja. Sedih, waktu-waktu seperti ini tak akan pernah ku dapatkan di Jgj.

*malam minggu keren itu kumpul bareng teman-teman, sahabat :)

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam
Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini
Menanti..
Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,
Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi

Meneteskan duka meretas luka
sampai hujan memulihkan luka
(Desember - Efek Rumah Kaca)

Wednesday, 11 September 2013

Nyoto Ing Semeru

Viaaa Valleent..Masih bersama SERA, untuk panjenengan semuanya...

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya

(intro)

"Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya lebih dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung". Gie

"Kami bukan korban 5 cm, niat kami mendaki dari hati. Mencari tahu siapa diri sejati kami".

24 malam. Mulai prepare, packing-packing. Malam yang sangat sibuk, disibukkan oleh baju, mie instan dan roti. Kalau tak ada mereka mungkin aku mati di gunung, dan malam itu menjadi malam terakhirku tidur di kasur yang tak mungkin didapatkan di hutan dan gunung. Pagi-pagi sebelum tukang lalapan buka, kami sudah harus meninggalkan Malang menuju Ranu Pani, pos pemberangkatan pendakian Semeru.

packing

inilah wajah2 penakluk malam

25 pagi. Tiba di Ranu Pani, parkir motor, sarapan di warung. Setelah perut berbahagia, kami berangkat menuju pos pemberangkatan. Regristasi, melengkapi persyaratan, tanda tangan mati, berdoa, start menuju Ranu Kumbolo. Jarak 10,5 yang ditempuh dengan 5-6 jam waktu orang normal. Lha kita normal kan? Start dari pos pukul 10 pagi berharap sampai di Ranu Kumbolo sebelum petang.

selamat datang

Sampai di ranu kumbolo sekitar 15.30. Foto-foto, dirikan tenda, masak dan makan, api-api, tidur. Ranu Kumbolo seperti surganya semeru saat itu. Danau yang diselimuti kabut putih bagai kolam susu yang terbentang luas di antara bukit dan kabut-kabut itu. Siang hari di ranu kumbolo sangat panas dan malam terasa sangat dingin. Suhu di malam hari mencapai -20 derajat C. Semua membeku, kami membeku di dalam "pelarian" itu

Ranu Kumbolo....

nenda

puguh, orang yang paling ganteng di rombongan *ngakunya

pucuk2 tenda membeku, jadi es

saayaaa haha

ketemu mbak arnidha

sayaa

sayup sayup ranu kumbolo tertiup angin di sore hari
adalah nyanyian alam yang paling lirih saat itu
bersama tarian rumput rumput di padang savana
sungguh semesta telah menghiburku senja itu

26. Dari Ranu Kumbolo jam 10 pagi, target selanjutnya adalah Kali Mati. Jarak ranu kumbolo-kali mati 10,2 Km. Yang berdiri di belakang ranu kumbolo adalah tanjakan cinta, yang menjadi ramai di perbincangkan setelah film 5 cm. Tak berlaku untuk jomblo, hts juga mungkin. Setelah tanjakan sampailah di Oro-oro Ombo yang pengartiannya oro-oro yang sangat luas/ombo. Hanya ada padang rumput yang kering. Angin, rumput bergoyang :D

babon dan budi

Jalan setapak terus aku tapaki hingga tapak kaki berhenti di tapak dimana kaki kaki kecil tak mampu lagi menapak. Berhenti sejenak, meneguk air, menikmati perjalan yang indah ini, ingat umur tuamu, umur sialmu. Syukurkan dirimu kepada Tuhan.

hai mahameru..

semangat iki :D

Lanjutkan perjalanan. Setelah lelah berjalan di php oleh tanjakan, turunan, tikungan yang menikung-nikung, lelah kami disambut oleh bunga-bunga mungil yang bermekaran di lembah-lembah sebelum Kali Mati. Foto-foto dulu, kalau alay-nya di gunung itu gak masalah





  

Kubawa namamu satu-satu, agar kita bisa menari di lembah yang gemulai ini. Bersama langit jingga yang diciptakan oleh sinar senja. Mari Nyenja bersama

edelweis, bunga kasih

aku selalu ingin mencintaimu

bercengkrama belaian lembut bunga bunga kecil yang bermekaran

meresapi angin yang menyelimuti dingin di lembah manismu



Selamat menikmati senja di Kali Mati. Kami tiba pukul 13.30, dirikan tenda, ambil air di Sumber Mani, masak dan makan, api-api dan berbagi cerita, tidur. Angin sangat kencang saat itu, kami bangun jam 10.30. Prepare dan berangkat menuju Mahameru jam 11.30. Siap menuju mati! Perut yang lapar diantara jalur yang menanjak, berdebu dan udara yang semakin menipis membuat perjalanan terasa berat. Istirahat sejenak di Arcopodo, cari-cari oksigen sambil ngemil roti untuk membohongi perut yang lapar saat itu. Dari Arcopodo menuju Mahameru sudah tidak ada kehidupan lagi, batas vegetasi. Jalur Mahameru hanya ada pasir dan debu, selain batu-batu besar yang kapan saja siap jatuh bila ada yang menginjaknya. Awas batu! teriak orang-orang di atasku hahaha. Sungguh perjuangan yang sangat berat untuk ke Mahameru, mati-matian mencapai puncak tertinggi di jawa ini.

27 pagi. Kami sampai di puncak jam 05.45, sunrise datang di puncak lebih dulu dari kami, lebih pagi. Sudah tak ada daya, tenaga, seakan mata ingin menangis saat melihat bendera merah putih berkibar di atas awan. "MAHAMERU" hai Gie, apa kabar..sini peluk denganku. *Peluk Soe Hok Gie*







aku cinta Indonesiaa...

 melompat, tebang, melayang di atas awan

rangkul dan peluk sahabat pagi


Dari MAHAMERU untuk MAYAPADA


Selamat ulang tahun MAYAPADA :)


Setelah puas foto-foto aku putuskan untuk turun lebih dulu. Tak ingin mati kedinginan di puncak. Ada yang menghiburku saat turun dari Mahameru, jalur yang sangat berat itu ternyata sangat menyenangkan saat turun. Kaki berlari seperti di atas es,bermain ski salju, tinggal seret dan mengantarkanku turun ke Arcopodo. Perjalanan dari puncak ke Kali Mati hanya ku tempuh dalam 1 jam. Sampai di tenda, ganti baju, gelar matras, cari roti, rehat sekejap dan menunggu rombongan yang turun. Setelah rombongan lengkap barulah aku tidur, berbaring diatas matras mengumpulkan energi untuk pulang ke Ranu Pani. Bangun, masak dan makan, packing, PULANGG.... Dari Kali Mati jam 12.00 sampai Ranu Pani jam 19.00


setitik nila diantara savana

Di Ranu Pani kami disambut oleh "Gimbal Alas" yang sukses mengadakan event Bacward Hikking dan berhasil memecahkan record mendaki dengan berjalan mundur. Jazz jazzsan di atas api unggun. *Jogetan*



Sampai di malang sekitar 21.00, cari makan dan tidur. Setelah lelah jalan-jalan di semeru. 

28. Pulang ke Ngawi... :) Alhamdulillah lancar dan selamat sampai rumah :)

"Aku ingin mengalahkan diriku sendiri, membunuh segala nafsu yang menguasai Aku ini. Dan di gununglah aku dapat membunuhnya,mengalahkan diriku sendiri. karna nafsu tak bisa bicara di sana. Hingga ku kenali sebenarnya Aku yang sejati. Menjadi diriku sendiri adalah hal terbaik yang ingin aku lakukan. Karena itulah aku naik gunung".  bondan py