Tak lama, aku terbangun setelah mendengar adzan ashar mengalahkan nyanyian-nyanyian dari laptop. Masjid-masjid sekitar berlomba menyuarakan panggilan Tuhan, berlomba memerdukannya. “Panggilan apa? hey tubuh cungkring, kau dipanggil-panggil. Lanjut tidur?” Tubuhku tak mau meninggalkan kasur, sementara suara adzan menyeret orang-orang ke masjid. Tubuh ini tetap tidak mau. “Nati saja, jam setengah 5 atau jam 5 sore”. Setelah masjid mendapatkan orang-orangnya, aku menambah volume sound laguku. Indie Art Wedding yang mengajakku menyaksikan keributan rumah tangga dan cinta yang sengit. Ballads Of The Cliche dengan Distant Star, tentang dua hati yang tak pernah menyatu. Teman Sebangku yang menikmati bangku taman dengan seduhan secangkir kopi, alunan semilir angin, dan berdansa di kala senja. Payung Teduh yang menjadikan malam sebagai saksi diantara kata-kata yang tak sempat terucap ketika berdua. Mocca dan Endah n Rhesa yang selalu bermain dengan lagu-lagu cinta. Melancholic Bitch bercerita tentang perjalanan joni dan susi yang jatuh miskin hingga mencuri sepotong roti. Tiga Pagi tentang batu tua yang tak pernah bisa menjadi permata. Masih banyak lagi di belakangnya, dan tak mungkin dituliskan disini satu persatu. Lirik-lirik pintar yang membawamu kesana-kemari, merendah-meninggi, duduk-berdiri, berjalan dan berlari, terbang seperti kupu dengan sayapnya. Mata masih sayup setengah bermimpi. Lagu-lagu pentidur sekaligus penghidup, tak apa asalkan lagu-lagu Indonesia.
Sudah jam 5 sore, aku memenuhi panggilan ashar masjid tadi. Cerita sore yang tidak perlu. Haha Selamat menikmati Senja.
*wong selo adalah orang yang selalu mempunyai waktu luang dan tidak pernah mempunyai kesibukan
*wong selo adalah orang yang selalu mempunyai waktu luang dan tidak pernah mempunyai kesibukan
Manusia HaHa
Kamar Kost, 22 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment