Gerimis masih bernyanyi di atas genteng kamar kost saat ini. Inilah sisa-sisa hujan yang baru saja menemuiku siang ini. Suaranya masih terngiang-ngiang di telinga, menggelitik di hati. Mungkin dia adalah hujan di dalam mimpiku semalam, ia menerobos keluar dari dimensi dunia mimpi dan masuk ke dalam dunia nyataku siang ini.
Sore hari sebelumnya, kamis aku memutar lagu Kampus Kemarau dari White Shoes and The Couples Company. Lagu yang bercerita tentang orang-orang kampus yang kepanasan berharap hujan datang setiap hari, menyuruh matahari sejenak bersembunyi. Lagu itu kunikmati karena hujan sedang libur saat ini, memang oktober sedang tidak musim hujan. Atau mungkin hujan sedang mengumpulkan rintik-rintik rindu, ditenunnya satu-satu lalu menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan rindu untuk orang-orang bumi. Aku yakin hujan tau kapan waktu yang tepat ia turun. Malam hari aku bermimpi, yaa suasana yang sama dengan lagu Kampus Kemarau. Kepanasan di kampus lalu tiba-tiba hujan turun, masih teringat aku bernyanyi-nyanyi diantara derasnya hujan saat itu. Hujan telah menerobos keluar dari dunia mimpi dan masuk ke dalam dunia nyata siang ini. Mungkin bukan hanya aku, dia juga rindu, tidak puas bertemu di dalam mimpi ia menyatakan dirinya ke dalam waktu yang mungkin sudah ia rencanakan sebelumnya. Hujan memaksa matahari sejenak bersembunyi di antara mendung-mendung yang rata di sekitaran kota Jogja yang terlihat kelam ini. Walau tidak lama, namun bisa kurasakan belaian derasnya hujan menyentuh kedua tanganku. Kunikmati itu. Tak lama hujan pun pergi, menyisakan gerimis kecil-kecil ini. Ayam-ayam mulai mencari makan menakur-nakur tanah yang basah karena hujan. Walau hanya sebentar hujan telah meluluhkan rindu bersama deras airnya yang telah lama kutunggu. Hujan adalah teman setia. Nyata. Terima kasih Tuhan, Engkau telah datangkan hujan ke dalam pelukan...........
Np:Desember-Pandai Besi, Efek Rumak Kaca
kamar kost, 10 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment