Di angkringan
Gelas susu bertanya pada lepeknya, "Su, wong-wongan kuwi omong opo to? jancuk banget."
Lepek menjawab, "Embuh su, aku yo ora mudeng. omongan kok koyok siled purel ngunu. menengo wae, ora usah melu-melu.
Lalu datang tahu isi, duduklah ia di samping gelas susu
Wajahnya sedih dengan nasib hidupnya sendiri
Sebuah pertanyaan muncul dari mulutnya
Kenapa aku dilahirkan sebagai tahu isi, bukan daging sapi?
Gelas dan lepek susu hanya diam
Sementara diknas semakin sepi
Hanya terpal biru menari-nari bersama angin malam
Lampu jalanan setia menyinari
Cahayanya yang kuning bagai agustus yang malu
Oleh Indonesia yang sudah merdeka
(Ahh itu urusan pemerintah)
Tahu isi pergi memesan kopi
Ia menikmati hidup pada pahitnya secangkir kopi
Malam berdiri di trotoar menantang dingin oleh anginnya sendiri
Sebenarnya ia rindu pada bulan yang menjadi senyum di mendungnya
Mulai bergejolak diantara penantiannya
Malam masih menunggu hingga matahari menyapa di jam 5
Gelas bertanya, "Ending puisimu kok ngene su?"
Diknas, Agustus 2013
No comments:
Post a Comment