Sunday, 29 December 2013

Jalan Pulang

Pagi sekali bapak-bapak
sudah berangkat bergotong royong 
membersihkan jalan di kuburan. 
Ada yang membawa cangkul, bogem, sabit, sabit? 
ada juga yang tidak membawa apa-apa. 
Mereka meratakan jalan 
yang baru saja mendapat material urug, 
merapikan jalan mereka sendiri 
besok-besok kalau pulang ke rumah jalannya sudah nyaman.
Enak bagi pemikul keranda dan para pengantar janazahnya.
Yang paling ngeri: "Hari ini yang tidak hadir,
besok tidak boleh lewat jalan ini."

Di sebelah selatan, gunung lawu terlihat ngantuk
dengan langitnya yang cerah
tidak berawan tidak juga kepanasan.
Aku melihat rombonganmu menuruni puncak
setelah semalam mengigil di hargo dalem
setelah sarapan nasi pecel Mbok YEM.
Kau tampak lelah membawa tas yang berat
berisi nama mama dan papamu,
lihatlah mereka tersenyum padamu.
Kini kau tersesat. Selamat!,
terus saja melangkah, karena tersesat
adalah satu-satunya jalan pulang.
Di kuburan...
warga desa mengucapkan "Selamat Datang"

Ngawi, Desember 2013

Merayakan Kopi

Kita semua memesan kopi
cangkir yang mungil
penuh percakapan rindu.
"Setiap kebersamaan harus dirayakan
dengan secangkir kopi."
"Kita punya cara sendiri
untuk berbagi." Katamu.
Ya, kami biasa sruput sruput
cangkir teman yang lain.
Termasuk kopi susumu.

12.2013

Tuesday, 24 December 2013

Rasan-rasan

Malam di angkringan saat ini terasa sunyi
bersama rintik gerimis melintas di depan lampu kota
suatu keindahan waktu yang tersembunyi
menanti siapa saja yang ingin menikmatinya.

Semakin deras, Hujan berkata, "Berteduhlah,
di angkringan pesan kopi dan gorengan.
Biar aku yang menjaga jalan ini."

"Aku sudah memakai mantel dan juga helm,
sepatuku waterproof. Aku siap menjaga malam
meski kau menghalangi pandangan orang-orang
di angkringan, aku sahabat mereka."

Lalu hujan menghantam aspal
menyusup ke dalam selokan
lenyap bersama kesunyian

Langit masih saja mengucurkan air matanya.
Rupanya, sang Atid sedang menangis 
karena kehabisan buku dan sore tadi
belum sempat mampir ke toko buku.

Orang angkringan suka rasan-rasan.


Ngawi, 22 Desember 2013

Thursday, 19 December 2013

petrichor pagi

gerimis di pagi hari
suara gemericik terdengar dari jendela
mereka berjatuhan di atas genteng
lalu menjadi butir butir kecil yang jernih
terpelanting ke pohon: ranting dan daun-daun
tergelincir membasahi tanah
menimbulkan bau yang memabukkan tertiup angin

Yogya, 19 desember 2013

berangkat ke sekolah di pagi hari

berangkat ke sekolah di pagi hari
merapi merasa geli tergelitik awan-awannya yang mungil
merbabu masih malu-malu dibelakannya
dari timur, sang surya menebar cakra
menjadi embun pagi melalui syair yang indah
sesejuk seteduh tatapanmu yang mengendap
di jiwa..

mendung hitam menggumpal di atas kota
pagi ini akan segera turun hujan: pikirku

Yogya, 19 desember 2013

Wednesday, 11 December 2013

Dua Langkah Kecil

























Dari lagu: Dua Langkah Kecil~ Indie Art Wedding

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu melewati hutan
menembus belukar di antara pohon menghirup udara
menghirup udara

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu menuruni lembah
melewati sungai berhenti sejenak menghapus dahaga
menghapus dahaga

berjalan terus berjalan
hingga sampai ke bulan
bergerak terus bergerak
ikuti awan berarak

dua langkah kecil berjalan bersama menapak
dua langkah kecil bertemu
dua langkah kecil menyusuri waktu sampailah di pasar
bertemu handai taulan berpegangan tangan lalu berpelukan
lalu berpelukan lalu berpelukan

Hujan 2

Hujan.
Yang ini namanya Dewi,
ia agak beringas, datang lumayan deras
membawa angin bersama setiap derupnya.
Sore ini kami bercerita tentang pulau bajak laut
dan manusia ha ha
sambil ngeteh di etalase jendela.
Aku menikmati setiap alunan rintiknya.

Yang kemarin pagi namanya Ellie,
ia penyayang: menemani perjalananku ke sekolah.
ku bonceng di depan
karena jok belakang telah lenyap semalam.
wajahnya terlihat ayu, rambutnya panjang
dengan semerbak petrichor dan tanah basah.

Ayo malam ini siapa yang mau datang?
Kuajak skatenan atau ke festival
Robin, Lusi, Mega? ayoo siapa..

Yogja, 11-12-13. Hari yang cantik untuk bermain hujan.

Hujan 1

Di bulan Desember.
Hujan sedang deras-derasnya bernyanyi dan bergembira,
suara yang paling merdu mengalahkan ombak di lautan.
Sebelumnya,
mereka telah menempuh perjalanan yang menyenangkan.
Mula-mula terjun dari langit, gumpalan awan
dengan derai yang semangat bersenang-senang.
Selanjutnya menyapa puncak-puncak gunung
menuruni lembah dan pelan-pelan mencari sungai,
ada pula yang meresap bersama akar pohon berbunga.
Mereka mengarungi jeram melewati batu-batu
kadang mengikis sampai memecahkan bongkahan terjal.
Setelah menyusuri jalur yang panjang, sampailah ke muara.
Mereka mampir di labuh pantai, waktu itu hari sudah sore.
Nyenja di atas pasir sambil menunggu malam menjadi sunyi
mereka mengerpakkan layar, siap mengarungi samudra
menyelam: menyapa terumbuh karang, ikan-ikan, penyu,
kuda laut, ubur-ubur, gurita, udang dan bintang laut.
Setelah puas,
lalu terbang ke awan menikmati cahaya matahari.
Di atas awan bertemu handai taulan, mereka saling berpelukan.
Setelah semuanya berkumpul, mereka terjun beramai-ramai.

Yogja, 11-12-13.

Tuesday, 10 December 2013

Bersampan menuju semesta


Coretan Pagi Itu

Malam dipenuhi oleh hujan,
petir menjilati pepohonan,
warna langit menyala-nyala di sebelah barat,
sambil bergemuruh di dalam keangkuhan.

Pagi itu aku melihat mahasiswa debat janji
sementara matahari masih asyik di depan tv
menonton tayangan rutin setiap pagi. Ya, Squarepants
ia masih enggan menanggalkan sarungnya

Orang-orang bangun terlalu pagi,
lebih pagi dari penjual sayur keliling
berdandan memakai sepatu dan jas berwarna biru
almamater kebanggaan, katanya.

Mereka membuka lapak meja-meja kecil,
di bawah papan panjat yang sudah momot
aku justru merasa kasian padanya
sudah tua, keropos, menganga, juga berkarat
apakah kamu tidak kasihan juga?

Orang-orang itu bangun terlalu pagi
berdagang, menjual omongannya sendiri
obral murah janji-janji yang terlalu berbelit
ada empat lapak meja, kamu mau yang mana?
nomer satu teman saya,
nomer dua ganteng orangnya,
nomer tiga terlihat agak gila,
nomer empat kurang berwibawa,
kamu pilih nomer berapa?
para mahasiswa menyaksikan perdebatan mereka.

Mereka terlalu mengebu-gebu pada olahraga
tetapi lupa terhadap budaya
mestinya olahraga dan budaya berjalan berdampingan
begitu lebih asyik sepertinya.

Hari itu dijadwalkan ada ujian senam
kami sudah berlatih keras semalaman,
juga mengabaikan pertunjukan teater di fakultas sastra
dengan terpaksa menghafal gerakan-gerakan
tapi dosen malah mengingkari, sudah jam sepuluh ia tak datang.
Pendidikan telah diciderai oleh kepentingan
yang tak bisa ditinggalkan mungkin karena masalah uang
atau mencari makan tambahan, pendidikan diduakan.

Tentang ujian tulis,
siswa lebih pandai daripada gurunya
mereka sudah memegang jawaban sebelum soal dibagikan
lalu mendapat nilai yang tinggi-tinggi
guru bangga atas pencapaian siswa-siswanya,
para siswa merokok di kantin sambil kaki di atas meja.
Prestasi selalu diukur dengan nilai
jika telah mencapai nilai sempurna (10)
apakah artinya sudah tidak ada perkembangan?
nilai sepuluh akan berpotensi menghentikan langkah belajar siswa.

Pengetahuan anak di alam sering kali dianggap nol oleh sekolah
karena pengetahuan itu tidak ada di buku pealajaran.
remedial hanya diartikan sebagai perubahan nilai.
Siswa hanya diajarkan tentang rumus-rumus dan mengerjakan soal
yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan di dunia nyata,
guru hanya menilai hasil akhir tanpa melihat proses belajar.
Guru terang-terangan bicara kepada siswa,
"Nilai ujian akan tetap saya katrol agar semua bisa lulus."
Kompetensi siswa tak pernah tuntas.

Anak-anak dikenalkan pada pemandanagan
mereka disuruh menggambar bebas
tapi kebebasan memilih gambar gunung
yang cantik seperti milik mama,
pak guru mengongkang-ongkang kaki sambil menunggu gajian.
Kita dikenalkan dengan Budi dan Ibu budi
tanpa kita tahu di mana Bapak budi
lalu kita berpikir: Ibu budi adalah wanita malam, mungkin
Budi lahir tanpa bapak yang jelas.
Ibu guru pernah bertanya,
"Anak-anak, sebutkan jenis-jenis ikan di laut?"
mereka hanya bisa menjawab: hiu, paus, dan lumba-lumba.

Ekstrakulikuler sebagai sarana pengembangan potensi
tidak didukung dan telah dibekukan,
perhatian dipusatkan pada bidang akademik saja.
Mau hidup seperti apa anak-anak nantinya?
Siswa-siswa unggul masuk kelas VIP
sedangkan yang biasa di kelas ekonomi,
kita telah diajarkan pada diskriminasi
jangan salahkan kami.

Sebenarnya apa tujuan pendidikan ini,
hanya mencari ilmu setinggi-tingginya?
setelah lulus tidak tahu mau menjadi apa.
Ya, itulah pendidikan kita selama ini
banyak guru dan dosen yang mempunyai pendidikan tinggi
tetapi banyak pula yang tidak bisa mengajar di sekolah
para orang cendekia bekerja di kota,
merasa asing dengan cangkul dan sawah di kampung halaman.

Kurikulum beberapakali diganti
karena dianggap sudah tidak sesuai dengan peradaban
sistem pendidikan hanya memberikan metode-metode
yang tidak cocok untuk kehidupan di dunia nyata
kurikulum baru: memperbarui metode pembelajaran
masalah baru akan muncul tanpa solusi yang akurat
semua akan bulet pada teori dan lupa penerapan.
Sekolah hanya menyuruh menghafal materi ilmu pengetahuan
tapi mereka lupa mengajarkan bagaimana cara menghasilkan uang
akhirnya banyak pengamen di jalanan. Juga koruptor

Pendidikan mencetak generasi yang global
maksudnya: produk yang sangat bergantung pada teknologi
meramaikan pasar jepang, china, jerman, amerika.
Itu hanya untuk orang yang mampu di kota-kota,
di desa, lampu saja tidak ada.

Hari ini saya bisa menulis,
tapi entah apakah bisa memberikan implementasi
yang nyata bagi kehidupan saya sendiri.
Toh saya juga produk dari pendidikan negeri ini.

Yogja, 10 Desember 2013

Monday, 2 December 2013

rinduan hujan

mendung yang manja bangun kesiangan
sebelumnya, pagi tak kebagihan matahari
kapan turun hujan?
aku rindu nyanyianmu
atau setelah kau pergi
mengundang anak-anak bermain gundu

di bulan desember..

2013.