Di Kereta
Aku berangkat meninggalkan bosan di kelas
yang penuh dengan kursi-kursi besi yang angkuh, kursi berdebu, tua, karatan,
kursi dengan busa yang sudah tak utuh lagi, kadang juga tidak simetris, sudah
tidak mampu berdiri dengan tegak, kursi yang menjadi duduk berhari-hari, dalam
ruang kelas yang pengap, hampa, terlalu banyak ocehan, aku merasa terasing
dengan keadaan itu. Di kelas itu (kuliah) membosankan. Aku rindu kursi kayu.
Selasa. Perjalanan
ini dimulai ketika senja dibingkai kaca jendela. Kereta berangkat meninggalkan
jogja pukul 05.40, saat senja senyum-senyum di etalase jendela. Pemberangkatan
telat tiga puluh menit dari jadwal, jam karet! Segenap doa dituju pada Tuhan,
manusia menggantungkan segala hidup kepadaNya. Kereta melaju dengan cepat,
memburu gelap, berlari ke tempat senja yang dengan santainya masih
senyum-senyum ketika mulai ditelan malam. Lampu kota mulai menyala,
beramai-ramai merayakan tugasnya. Lanskap menjadi buram, kereta berpacu
menyusuri rel yang tertata rapi, terbaring berjajar diatas bantal-bantal beton,
beralaskan batu-batu yang sejatinya adalah bongkahan debu.