(bukan sebuah cerita yang baik)
Hari kerja. Waktu menganga diambang pulang. Jam
setengah tiga. Menjelang sore. Senja masih berdandan untuk sebuah pertunjukan
yang megah, sore nanti, ketika matahari diletakkan sejengkal dari batas bumi,
batas pandangan, sebuah pertunjukkan singkat yang selalu ditunggu-tunggu oleh
para pecandu senja, ada juga yang mengaku-ngaku sebagai teman senja, sahabat
senja, pacar senja, ah, siapa saja boleh memiliki senja, memiliki makna
keindahan, makna sebuah perjalanan; perpisahan. Tentu saja senja tak selamanya jingga
dan indah. Begitu juga dengan sebuah perpisahan yang tak selamnya indah untuk
di kenang. Sebuah perpisahan yang indah tentu telah melewati suatu proses
perjalanan yang panjang dan punya banyak cerita; bermakna. Sebuah cerita bisa
diukir, sebuah makna bisa dicerna, semuanya ada dalam sebuah perjalanan. Setiap
perjalanan tak mungkin terlewat dari sebuah makna, walau sangat sederhana.
Makna akan selalu membangun hidup. Hidup adalah sebuah rangkainan makna yang
panjang. Sebuah perjalanan. Jika dalam hidup, manusia tak bisa menemukan
maknanya, maka hidupnya akan terasa hampa, rugi sekali. Kau pikir untuk apa
hidup itu? Hidup adalah sebuah filsafat yang luas. Saking luasnya, anak
kecilpun mampu menemukan filsafat tentang hidupnya. Setiap hari kita selalu bertemu
hidup; di rumah bertemu hidup, di jalan bertemu hidup, di sekolah bertemu
hidup, di pasar bertemu hidup, di meja makan bertemu hidup, di kamar mandi
bertemu hidup, di atas pohon pisang bertemu hidup, di lubang-lubang tanah
bertemu hidup, dalam dirimu kau bertemu hidup. Hidup adalah semua ruh, angin
yang bertiup santai mengoyangkan daun-daun pohon jambu, cahaya pagi yang
membuat bunga-bunga bermekaran, gelap yang selalu menciptakan bayang-bayang.