Tuesday, 13 January 2015

HORE DESEMBER.

Desember, adalah bulan baik untuk para pecinta hujan. Menikmati secangkir teh di pagi hari, O indah sekali ketika hujan rintik menemani. Tanah basah hujan reda dan gerimis sisa, O itu sangat memabukkan ketika muncul bau wangi. Aku suka hujan.

"Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela? Apakah yang kau tangkap dari bau tanah, dari rincik air yang turun di selokan?"
Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang.
"Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit, dari titik air yang menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur."
Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarkanya, dan tak lagi mengenalnya.

-          - Sapardi Djoko Damono.

Pertemuan Tahun Baru

Senja berjalan-jalan untuk meramaikan malam tahun baru,
ia berjanji akan bertemu Desember di kuburan.

Desember tidak datang, senja hanya menemui
kembang-kembang kering di atas makam.

Desember pilih menyepi di kamar sambil
menikmati saat-saat terakhirnya.
wajahnya layu, sesekali terkelebat terkelebat angin

Senja masih setia menunggu pacarnya di kuburan,
siapa tahu tiba-tiba nongol dari gelap malam.

Tengah malam menemani penantian Senja.
Ia tertidur; dalam dengkur bermimpi dicium
desember di pergantian malam.
"Bangun, ada rombongan jenazah datang."
Tiba-tiba pagi menepuk pipinya,
mengacaukan mimpi.

Desember datang bersama pengiring jenazah.

31 Desember 2014