Jarum jam berlomba dengan waktu;
saling membunuh, sepi tak pernah terbunuh,
malam mengeluh; hatinya peluh bercucuran, rindu
tak mampu berbicara tentang rasa, karena jauh.
Dan. Lalu..
Kaki terseret langkah, pulang bersama rindu;
jarak merengkuh, mendekap tempat berlabuh,
perjalanan di tempuh; menikmati lara, pudar biru
menyusuri jalan pulang, rumah tempat berteduh.
Dan. Lalu..
Waktu terus melaju, deru menderu biduk jalanku;
sepi mengaduh, rindu mulai dengan gaduh,
tak mampu meringkas jauh; betapa laraku,
hati menyimpan rindu, pulang bersama keluh.
Dan. Lalu..
Dan. Lalu..
Jangan lagi pulang,
jangan lagi datang,
rindu; pergi jauh.
*Pulang - Float.
Jogja, 4 juni 2014
Thursday, 19 June 2014
Senja Di Bulan Juni
Hujan datang di bulan juni,
menyapa tanah basah dan bau wangi.
Angin lebat mengalir di atas sungai kemarau,
daun-daun kuning berjatuhan di halaman.
Terbaring sepi sebelum kau sapu di pagi hari.
Hujan di bulan juni adalah rindu yang telah
terbendung lama, dan telah mencapai batasnya.
Wajah Senja sumringah di atas bohon bambu,
mentereng jingga cantik di cakrawala.
Tahu Senja sudah menunggu, Pacar senja bergegas
mencari mandi,
gebyar-gebyur, nyanyi-nyanyi di kamar mandi.
Senja dan Pacar senja telah berjanji jalan-jalan di
persawahan.
Pacar senja terlambat datang. Senja baru saja pergi
meninggalkan rumput-rumput basah di dalam suara adzan.
Pacar senja mencari-cari wajah Senja di cakrawala
yang telah gelap; lenyap, habis dimakan lanskap,
malam selalu berkuasa di dalam gelap dan kesunyian.
Tiba-tiba ada yang datang, mengajak pulang
Pacar senja yang termenung sendirian.
Ternyata gerimis selalu menguntit di belakang,
“Mari kuantarkan pulang. Senja telah menyerahkanmu
kepada pelukanku, mari kita bermain di ranjang.”
Pacar senja memilih diam, di tepisnya
belaian gerimis yang
cerewet dan nakal.
Pacar senja ingin sendiri, tidur-bermimpi
diciumi senja sampai pagi hari.
Ngawi, 19 juni 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)